CNN Indonesia
Senin, 10 Mar 2025 08:30 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Pasukan pendukung pemerintah Suriah dituduh mengeksekusi warga saat bentrok antara mereka dengan kelompok loyalis Bashar Al Assad pecah.
Salah satu saksi mata mengatakan kelompok itu melakukan eksekusi lapangan dan menyinggung soal pemurnian negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang-orang bersenjata bergerak dari rumah ke rumah dan menyerang orang-orang sebagai bentuk hiburan," kata seorang penduduk Latakia.
Dia lalu berujar, "Mereka mendeklarasikan jihad terhadap kami dari seluruh Suriah."
Penduduk lain di Latakia, Bashir, mengatakan mulai melihat mayat bergelimpangan di jalan sejak pekan lalu.
"Orang-orang melarikan diri, mereka yang tak bisa lari dibunuh," ujar dia.
Bashir lalu mengatakan paman dia yang merupakan profesor sejarah berusia 60 tahun dan istrinya menjadi korban kelompok itu. Keduanya merupakan warga Alawite di Provinsi Tartus.
Suriah kembali bergejolak usai loyalis Assad dan pasukan pemerintah bentrok sejak pekan lalu.
Kelompok pemantau independen di Inggris, Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR), melaporkan 642 orang tewas dalam kekerasan tersebut. Angka itu termasuk sejumlah warga sipil yang terbunuh usai pasukan pemerintah melakukan "eksekusi lapangan yang meluas" terhadap para pemuda dan orang dewasa.
Sementara itu, Presiden baru Suriah Ahmad Al Sharaa, menegaskan pemerintah akan lebih tegas ke loyalis Assad. Dia juga meminta pertanggungjawaban siapa saja yang terlibat dalam kematian warga sipil.
"Kami tidak akan menoleransi sisa-sisa pasukan Assad," kata Al Sharaa pada Minggu (9/3).
"Mereka hanya punya satu pilihan: menyerahkan diri kepada hukum segera," imbuh dia.
Al Sharaa juga menyerukan persatuan nasional, dan menggambarkan bentrokan itu sebagai "masalah yang sudah diterka."
Assad digulingkan milisi pada Desember lalu melalui pemberontakan di berbagai wilayah. Saat ini, dia dan keluarganya dilaporkan berada di Rusia.
(isa/bac)