Jakarta, CNN Indonesia --
AS mengonfirmasi telah berkomunikasi langsung dengan Hamas mengenai sandera pada Rabu (5/3). Komunikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya itu berlangsung setelah Israel mengancam akan memperbarui serangan militer di Gaza.
Gedung Putih mengatakan bahwa utusan Presiden AS Donald Trump untuk urusan penyanderaan, Adam Boehler, mengadakan pembicaraan yang difokuskan pada warga Amerika di antara para sandera yang tersisa di Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Israel telah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt seperti diberitakan AFP.
"Lihat, dialog dan berbicara dengan orang-orang di seluruh dunia untuk melakukan apa yang terbaik bagi kepentingan rakyat Amerika adalah sesuatu yang menurut Presiden benar," katanya.
Amerika Serikat telah menolak kontak langsung dengan Hamas sejak melarang mereka sebagai organisasi teroris pada 1997.
Namun, Leavitt mengatakan bahwa utusan penyanderaan dalam perannya "memiliki wewenang untuk berbicara dengan siapa pun."
Di sisi lain, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengonfirmasi bahwa Israel telah diajak berkonsultasi dan mengatakan bahwa mereka "menyatakan pendapatnya" mengenai pembicaraan langsung.
Pembicaraan tersebut pertama kali dilaporkan oleh Axios, yang mengatakan Boehler bertemu dengan Hamas di Qatar terkait sandera AS tetapi juga sebagai bagian dari gencatan senjata jangka panjang.
Lima warga Amerika diyakini masih berada di antara para sandera yang ditawan dalam serangan besar-besaran pada 7 Oktober 2023 di Israel. Empat dari mereka telah dipastikan tewas dan yang lainnya, Edan Alexander, diyakini masih hidup.
Komunikasi itu berlangsung setelah gencatan senjata tahap pertama berakhir pada akhir pekan lalu setelah enam pekan relatif tenang, dan mencakup pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Sementara Israel mengatakan ingin memperpanjang tahap pertama hingga pertengahan April, Hamas bersikeras pada transisi ke tahap kedua, yang seharusnya mengarah pada akhir perang secara permanen.
Namun, pada akhir tahap pertama, Israel mengumumkan bahwa mereka menghentikan semua masuknya barang dan pasokan ke Gaza, yang telah hancur menjadi puing-puing setelah satu setengah tahun digempur Israel tiada henti.
"Hamas memang telah mengalami pukulan hebat, tetapi belum dikalahkan. Misinya belum tercapai," kepala militer baru Israel Eyal Zamir memperingatkan.
Pernyataannya menggemakan peringatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tentang "konsekuensi yang tidak dapat Anda bayangkan" jika Hamas tidak menyerahkan sandera.
Dari 251 tawanan yang diambil selama serangan Hamas, 58 masih berada di Gaza, termasuk 34 yang telah dikonfirmasi oleh militer Israel telah tewas.
Prancis, Inggris, dan Jerman bersama-sama pada hari Rabu menyebut situasi kemanusiaan di Gaza sebagai "bencana besar," dan mendesak Israel untuk memastikan pengiriman bantuan "tanpa hambatan".
Afrika Selatan mengatakan pembatasan bantuan Israel ke Gaza sejak akhir pekan sama saja dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Serangan Hamas mengakibatkan kematian 1.218 orang, sebagian besar warga sipil, sementara pembalasan militer Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 48.440 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data dari kedua belah pihak.
(chri/afp)