Bisnis Menantu Trump Diklaim Terkait Okupasi Ilegal Israel di Palestna

7 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jared Kushner, diklaim memiliki bisnis miliaran dolar AS terkait dengan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat, Palestina.

Perusahaan bernama Affinity Partners itu, telah mendapatkan miliaran dolar dari dana investasi negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab sejak didirikan pada 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Januari lalu, hanya beberapa pekan setelah menerima pendanaan tambahan dari Otoritas Investasi Qatar (QIA) dan sebuah perusahaan investasi berbasis di Abu Dhabi, Affinity menyelesaikan pembelian hampir 10 persen saham di Phoenix Financial.

Phoenix adalah perusahaan jasa keuangan Israel yang menyediakan layanan asuransi dan manajemen aset, serta memiliki saham di berbagai perusahaan Israel lainnya, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaannya, Phoenix Investment House.

Middle East Eye mengungkap melalui liputan investigasimya bahwa Phoenix memiliki kepemilikan saham di 11 perusahaan publik dan satu perusahaan swasta yang masuk dalam daftar badan usaha yang terkait dengan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan.

Daftar ini disusun oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR). Perusahaan-perusahaan ini bergerak di berbagai sektor, termasuk perbankan, telekomunikasi, transportasi, energi, teknik, dan ritel.

Menurut data Bursa Efek Tel Aviv, total nilai kepemilikan Phoenix di 11 perusahaan publik tersebut mencapai sekitar USD 4,5 miliar. Affinity sendiri menyatakan bahwa para investornya bersifat pasif dan tidak terlibat dalam operasional Phoenix atau bisnis lainnya.

Jared Kushner, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, memainkan peran penting dalam perumusan Abraham Accords. Kedekatan itu membuka hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab.

Ia secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap investasi di Israel dan berharap ada normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi di masa depan.

Pengadilan Internasional (ICJ) telah menyatakan pada Juli tahun lalu bahwa kehadiran dan tindakan Israel di Tepi Barat melanggar hukum internasional dan harus segera diakhiri. Namun, Israel terus melakukan operasi militer besar-besaran di wilayah tersebut, termasuk serangan terhadap Jenin dan Tulkarm sejak awal tahun ini, yang merupakan serangan terbesar dalam dua dekade terakhir.

PBB telah memperingatkan bahwa fakta-fakta yang diciptakan di lapangan semakin mendekati rencana Israel untuk mencaplok Tepi Barat.

Dukungan negara-negara teluk terhadap Affinity

Organisasi pemantau bisnis yang beroperasi di pemukiman ilegal menyebutkan bahwa tidak mengejutkan jika investor sebesar Phoenix memiliki saham di perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam ekspansi pemukiman. Namun, yang menjadi perhatian adalah keterlibatan negara-negara Teluk, terutama yang belum menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel.

Hal ini bertentangan dengan sikap publik mereka yang menentang kebijakan Israel di Tepi Barat. Misalnya, pada Oktober lalu, hanya beberapa minggu sebelum Otoritas Investasi Qatar berinvestasi di Affinity, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menyatakan bahwa Israel sengaja memperluas "agresinya" di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana lama mereka karena melihat kelonggaran dari komunitas internasional.

Sebulan kemudian, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengecam seruan dari kelompok sayap kanan Israel untuk mencaplok Tepi Barat, dengan menyebutnya sebagai tindakan yang merusak upaya perdamaian dan mendorong ekstremisme.

Di sisi lain, pada Januari lalu, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab "mengutuk dan mengecam dengan keras" serangan Israel terhadap Jenin, serta menyerukan penghentian praktik ilegal yang menghambat solusi dua negara.

Organisasi hak asasi manusia Palestina, Al-Haq, mendesak negara-negara Teluk untuk tidak terlibat dalam proyek normalisasi dengan Israel dan melakukan uji tuntas secara ketat terhadap investasi mereka guna memastikan bahwa mereka tidak mendukung genosida dan pengusiran warga Palestina.

Peran phoenix dalam bisnis di pemukiman ilegal

Daftar perusahaan yang terlibat dalam aktivitas pemukiman ilegal Israel yang diinvestasikan oleh Phoenix mencakup berbagai sektor, mulai dari keuangan, telekomunikasi, konstruksi, energi, ritel, dan transportasi.

Phoenix juga memiliki saham di Elbit Systems, produsen senjata terbesar di Israel, meskipun perusahaan ini tidak masuk dalam daftar PBB.

Menurut Noam Perry, koordinator penelitian strategis untuk American Friends Service Committee, sangat sulit bagi investor institusional seperti Phoenix untuk menghindari keterlibatan dalam bisnis pemukiman ilegal karena ekonomi Israel telah mengintegrasikan pemukiman tersebut secara sistematis.

Dengan investasi besar yang terus mengalir, keterlibatan bisnis Jared Kushner dalam perusahaan yang terkait dengan pemukiman ilegal Israel semakin memperjelas kompleksitas hubungan politik dan ekonomi di Timur Tengah.

(tis/bac)

Read Entire Article
Perlautan | Sumbar | Sekitar Bekasi | |