CNN Indonesia
Kamis, 13 Mar 2025 04:54 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperingatkan pemotongan bantuan luar negeri Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump akan menimbulkan guncangan dahsyat bagi kerja kemanusiaan global. Bahkan, "banyak orang akan meninggal" sebagai akibatnya.
Kepala Kantor PBB OCHA Tom Fletcher memperkirakan 300 juta orang atau lebih membutuhkan dukungan kemanusiaan di seluruh dunia bahwa "laju dan skala pemotongan dana yang kita hadapi, tentu saja, merupakan guncangan dahsyat bagi sektor ini."
"Banyak yang akan meninggal karena bantuan itu mengering," ujarnya dalam konferensi pers, seperti dikutip AFP pada Kamis (13/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak Trump kembali menjabat pada Januari lalu, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) menjadi sasaran utama upaya pemerintahannya untuk memangkas pengeluaran pemerintah. Efek berantainya sudah terasa di seluruh dunia.
Setelah membekukan semua bantuan luar negeri untuk ditinjau, Departemen Luar Negeri AS mengatakan minggu lalu akan mengakhiri 83 persen kontrak USAID.
"Di seluruh keluarga PBB dan mitra kami, kami membuat pilihan sulit setiap hari tentang kehidupan mana yang harus kami prioritaskan, kehidupan mana yang harus kami coba selamatkan," ujar Fletcher, sambil mengakui bahwa "kami telah... terlalu bergantung pada pendanaan AS."
Pada Desember lalu, PBB memperkirakan US$47,4 miliar akan dibutuhkan untuk bantuan kemanusiaan pada 2025, meskipun jumlah tersebut hanya cukup untuk mendukung sekitar 190 juta orang yang membutuhkan.
Tanpa pendanaan AS, yang menurut Fletcher "telah menyelamatkan ratusan juta jiwa," perkiraan jangkauan bantuan kemanusiaan PBB kian berkurang.
"Saya memiliki rekan-rekan di Jenewa saat ini yang mencoba mengidentifikasi bagaimana kita dapat memprioritaskan penyelamatan 100 juta jiwa dan berapa biaya yang akan kita keluarkan tahun mendatang," ujarnya.
(sfr)