Jakarta, CNN Indonesia --
Ribuan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) terlunta-lunta di perbatasan Myanmar-Thailand usai dibebaskan dari sejumlah pusat penipuan online (online scam).
Tiga sumber mengatakan kepada Reuters pada Senin (24/2) bahwa ribuan korban yang terdiri dari warga negara asing ini menunggu dalam ketidakpastian untuk dipulangkan ke negara asal.
Pihak berwenang dari China, Thailand, dan Myanmar menggelar operasi bersama untuk membongkar pusat penipuan di perbatasan Myanmar, Myawaddy, yang terkenal akan jaringan perdagangan manusianya di seluruh Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operasi itu digelar selama beberapa pekan terakhir usai aktor China Wang Xing menjadi korban perdagangan manusia di Myanmar karena ditipu. Wang diculik dan dibawa ke Myanmar usai dijanjikan kerja di Thailand.
Menurut seorang pejabat senior Thailand, polisi Thailand dan Kamboja telah menggerebek sebuah gedung di kawasan itu dan membebaskan 25 warga asing.
Pada saat yang sama, dua kelompok bersenjata Myanmar, yakni Tentara Nasional Karen (KNA) dan Tentara Buddha Karen Demokratik (DKBA), juga membebaskan para korban TPPO dari pusat-pusat penipuan online.
Saat ini, sekitar 7.000 orang telah dibebaskan KNA dan DKBA, menurut seorang pejabat keamanan Thailand dan dua pekerja bantuan. Namun, nasib kepulangan mereka tak jelas karena masih menunggu koordinasi dengan sejumlah kedutaan untuk repatriasi.
"Banyak yang terjebak dalam ketidakpastian dan kurangnya respons Thailand menyebabkan kerugian besar," kata salah satu pekerja bantuan yang saat ini berada di perbatasan Thailand.
"Ini seperti para korban ini menjadi korban lagi," ucapnya, seperti dikutip Reuters.
Kementerian Luar Negeri Thailand menyatakan sejumlah agensi saat ini telah berencana memulangkan para korban TPPO jika kedutaan negara asal korban siap.
Pejabat KNA dan DKBA sementara itu belum menanggapi permintaan komentar.
Menurut para pekerja bantuan, mayoritas korban ini adalah warga China. Sekitar 1.000 orang lainnya berasal dari negara lain.
Banyak dari mereka kini ditempatkan di kamp dalam kondisi yang mengerikan. Sejumlah pihak pun mengkhawatirkan fasilitas sanitasi dan kesehatan para korban.
Wakil Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai mengatakan pada Kamis (20/2) lalu bahwa Negeri Gajah Putih tak punya kapasitas untuk menampung lebih banyak orang kecuali kedutaan asing siap memulangkan mereka.
Bulan ini, Thailand sudah menerima 260 korban online scam, yang lebih dari setengahnya berasal dari Ethiopia. Negara ini tak punya kedutaan besar di Thailand.
Pihak berwenang Thailand baru-baru ini juga mengizinkan China untuk memulangkan 621 warganya melalui serangkaian penerbangan dari kota perbatasan pada pekan lalu.
(blq/dna)