Pakar dan Pejabat Cemas Keamanan Dalam Negeri AS Usai Serangan ke Iran

5 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Menyusul serangan Amerika Serikat (AS) yang diperintahkan Presiden Donald Trump ke situs-situs nuklir Iran, kini kekhawatiran meluas terhadap keselamatan warga Amerika, baik yang berada di dalam maupun luar negeri.

Salah satu area kekhawatiran utama adalah potensi serangan siber oleh aktor-aktor yang berafiliasi dengan negara Iran, termasuk menargetkan sistem perbankan atau jaringan energi AS.

Sebuah buletin terbaru dari Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) telah memperingatkan: "Aktor siber terafiliasi pemerintah Iran mungkin akan memprioritaskan serangan balasan terhadap target Israel dalam jangka pendek, namun dapat menargetkan jaringan AS karena persepsi mereka tentang dukungan AS terhadap serangan Israel."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Buletin tersebut mendesak entitas infrastruktur penting domestik untuk "segera" menilai dan memperkuat keamanan mereka. Serangan siber semacam itu, menurut think tank nirlaba Center for Internet Security, telah menyusup ke sistem air dan air limbah AS.

Center for Internet Security juga khawatir bahwa Iran, pasca-serangan militer Israel, mungkin akan menggunakan "taktik kasar atau eskalasi" atau jaringan informal jika kemampuan mereka menurun.

"Kemungkinan serangan semacam itu akan meningkat jika AS menyerang Iran atau secara terang-terangan memberikan dukungan militer kepada kampanye udara Israel," bunyi pernyataan Center for Internet Security, seperti dilansir ABC News, Minggu (22/6).

Selain itu, Center for Internet Security menilai bahwa jaringan kelompok proksi Iran yang cukup besar mungkin mampu menyerang kepentingan AS di Timur Tengah, meskipun kapasitas mereka untuk menyerang di wilayah AS lebih terbatas. Kelompok-kelompok ini, meskipun dinilai kurang canggih, masih dapat mengganggu infrastruktur publik dan sektor swasta.

Di samping serangan siber, terdapat pula kekhawatiran akan serangan oleh warga negara asing atau warga Amerika yang terinspirasi untuk menyerang AS di dalam negeri.

Pada tahun 2018, National Counterterrorism Center mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa terorisme yang disponsori Iran atau terinspirasi Syiah di wilayah AS tidak mungkin terjadi, kecuali jika AS menyerang Iran.

Laporan tersebut menyebutkan, "Mengingat ketegangan bilateral AS-Iran yang berkelanjutan, terjadinya katalis semacam itu dapat memicu aktivitas HVE [ekstremis kekerasan lokal] Syiah relatif cepat, menggarisbawahi manfaat keterlibatan awal dengan komunitas Syiah tentang indikator radikalisasi HVE. Potensi pemicu kekerasan HVE Syiah semacam itu termasuk tindakan militer AS terhadap Iran."

Pasukan Iran sendiri sebelumnya pernah menargetkan kepentingan Amerika, seperti menyerang pangkalan AS di Timur Tengah setelah komandan Korps Garda Revolusi Islam, Jenderal Qassem Soleimani, tewas dalam serangan udara Amerika di Irak pada tahun 2020.

Warga negara Iran juga telah melakukan serangan siber besar. Seorang warga negara Iran, Sina Gholinejad, bulan lalu mengaku bersalah karena membantu merencanakan serangan ransomware Baltimore, Maryland, pada tahun 2019 yang menyebabkan kerugian puluhan juta dolar dan mengganggu layanan penting kota.

Meskipun jaksa penuntut tidak menuduh Sina Gholinejad diarahkan dalam kegiatannya oleh pemerintah Iran, dalam pengumuman kasus tersebut mereka memperingatkan secara lebih luas tentang kelompok peretas yang didukung pemerintah Iran, yang menargetkan infrastruktur penting AS.

(wiw)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perlautan | Sumbar | Sekitar Bekasi | |