Jakarta, CNN Indonesia --
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte pernah mengaku memiliki sekelompok algojo yang terdiri dari gangster.
Hal itu ia sampaikan dalam sidang dengan agenda dengar pendapat oleh Komite Pita Biru Senat pada Oktober 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, Duterte bicara soal peran polisi dalam operasi antinarkoba selama masa pemerintahannya dahulu yang diyakini menewaskan hingga 30.000 orang.
Mengenai hal ini, Duterte mengindikasikan bahwa pembunuhan terhadap pengguna, pengedar, dan penjual narkoba di Filipina bukan dilakukan oleh aparat kepolisian. Dia menyebut aksi itu dilakukan kelompok gangster yang dia miliki.
"Saya bisa membuat pengakuan sekarang jika Anda mau. Saya bisa mengejar mereka tanpa menggunakan polisi. Saya memiliki regu pembunuh namun tidak terdiri dari polisi. Mereka adalah gangster," ucap Duterte, seperti dikutip GMA Network.
Duterte mengatakan regu pembunuh itu tidak termasuk petugas polisi karena mereka bisa dihukum jika terlibat dalam pembunuhan.
"Seorang polisi yang menghadapi tuduhan akan diskors dan keluarga mereka tidak akan memiliki uang dan makanan," ujarnya.
Saat diminta memberikan rincian mengenai regu ini, Duterte mengatakan kelompok tersebut sudah tak lagi ada. Ia juga mengaku tak ingat siapa saja yang ada dalam kelompok tersebut.
Duterte hanya mengatakan bahwa regu algojo itu "diorganisir untuk melawan penjahat."
"Itu adalah struktur untuk melawan kejahatan dan penjahat, untuk memerangi kejahatan," kata Duterte.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan tujuh anggota regu bahkan tidak menerima bayaran untuk membunuh orang. Sebab, mereka sudah kaya.
Pensiunan Kolonel Polisi Royina Garma sempat mengatakan kepada parlemen bahwa kampanye antinarkoba Filipina memiliki pola yang sama dengan operasi di Davao, wilayah yang sebelumnya dipimpin oleh Duterte.
Di Davao, pejabat polisi diberikan penghargaan jika sukses membunuh tersangka narkoba.
Garma berujar hadiah yang diberikan atas pembunuhan tersangka narkoba cukup bervariasi, yakni berkisar dari 20.000 peso (sekitar Rp5,7 juta) hingga 1 juta peso (sekitar Rp286 juta).
Ia juga mengaku pernah diberikan hadiah uang ketika ada pencuri yang tewas dalam operasi polisi saat dirinya bertugas di Kota Davao.
(bac/bac/blq)