Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah politikus Demokrat dan Partai Republik buka suara usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump cekcok dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada Jumat (28/2).
Demokrat melontarkan kritik tajam ke Trump dan wakilnya JD Vance. Beberapa bahkan menuduh presiden AS itu mengkhianati sekutu dan mengubah Negeri Paman Sam jadi negara transaksional.
Senator Maryland Chris van Hollen bahkan menyebut mengatakan cekcok yang terjadi di Ruang Oval "memalukan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Trump dan Vance mencaci maki Zelensky merupakan aib bagi Amerika dan pengkhianatan terhadap sekutu kita," kata Hollen, dikutip dari AFP, Sabtu (1/3).
Dia juga mengatakan pemimpin AS melakukan pekerjaan "kotor" Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Senat Demokrat tak akan pernah berhenti memperjuangkan kebebasan dan demokrasi," ucap Hollen.
Pemimpin minoritas Senat Chuck Schumer juga mengatakan Trump mengubah AS menjadi negara oligarki yang sangat kanan, otoriter, dan transaksional.
"Dan tak bernilai yang berpihak ke negara-negara otoriter di dunia," ucap Schumer.
Wakil penasihat keamanan eks mantan Presiden Barack Obama, Ben Rhodes, menyebut AS tak bisa membiarkan Trump menulis ulang sejarah atau menjungkirbalikkan kemitraan yang sudah terjalin bertahun-tahun.
"Saya menyampaikan permintaan maaf yang tulus ke Presiden Zelensky dan sekali lagi menegaskan kembali dukungan saya untuk teman-teman Ukraina," ucap Rhodes.
Sementara itu, anggota Republik memberikan respons sebaliknya. Mereka memuji setinggi langit tindakan Trump dan ikut mencaci Zelensky.
Senator Carolina Selatan Lindsey Graham menyampaikan terima kasih ke Trump karena membela AS, tindakan yang dianggap berbeda dari presiden sebelumnya.
"Terima kasih telah mengutamakan Amerika. Amerika bersama Anda," ujarr Graham.
Sementara itu, Ketua DPR AS Mike Johnson ikut menekan Zelensky dengan mengatakan Presiden Ukraina ini harus berubah atau angkat kaki.
"Saya tak yakin sebagian besar warga Amerika, setelah apa yang mereka lihat hari ini, ingin menjadi mitra Zelensky," ucap dia.
Tak cuma mereka, anggota kongres Tennesse Diana Harshbarger menyebut Zelensky angkuh.
"Amerika Serikat menghabiskan ratusan miliar dolar demi membela Ukraina. Inikah ucapan terima kasih yang diterima rakyat Amerika?" kata Harshbarger.
Dia lalu menekankan, "Sudah saatnya mengakhiri perang ini."
Trump dan Zelensky ribut saat bertemu di Ruang Oval. Mereka dijadwalkan meneken perjanjian akses AS ke tanah jarang Ukraina hingga membahas negosiasi damai perang Rusia-Ukraina.
Saat membahas perang, Trump mengatakan Ukraina harus membuat kompromi demi perundingan damai dengan Rusia. Namun, dia tak menjamin jika perdamaian tercipta, Ukraina mendapat wilayah yang dicaplok Negeri Beruang Merah.
Zelensky sontak menolak gagasan tersebut. Trump lantas mencaci dia dan menyebut Presiden Ukraina terlalu percaya diri serta belum siap negosiasi damai.
Pertemuan itu berujung pengusiran Zelensky dari Gedung Putih. Perjanjian pun batal diteken.
(tsa/isa)