Jakarta, CNN Indonesia --
Bentrok sektarian meletus di Suriah pada pekan lalu yang melibatkan kelompok pro-pemerintah dengan komunitas Druze yang memiliki relasi dekat dengan Israel.
Lebih dari 100 orang tewas dalam kekerasan di Kota Jaramana hingga Ashrafiyat Sahnaya tersebut.
Pemerintah Israel sampai ikut campur dengan meluncurkan serangan udara ke dekat istana kepresidenan Suriah pada Jumat (2/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Israel mengeklaim serangan udara itu merupakan pesan kuat kepada pemerintahan transisi Suriah karena gagal memberikan keamanan bagi komunitas Druze di Suriah.
Apa yang terjadi?
Kekerasan terhadap kelompok minoritas Druze terjadi setelah rekaman suara seorang pria yang diyakini pemimpin Druze beredar luas di kalangan warga Suriah.
Rekaman itu memicu kemarahan di antara banyak warga karena isinya menghina Nabi Muhammad dan sejumlah tokoh Islam lainnya.
Pemimpin Druze di Suriah, Sheikh Marwan Kiwan, dituduh sebagai sosok di balik rekaman itu. Kiwan telah membantah dan mengatakan rekaman itu "rekayasa", demikian dilansir dari The New Arab.
Tak lama setelah rekaman itu viral, pada Selasa (29/4), sekelompok pria bersenjata tak dikenal pun menyerang Kota Jaramana yang mayoritas penduduknya orang Druze.
Pada Rabu (30/4), bentrokan pun meluas hingga ke Ashrafiyat Sahnaya, kota lain di pinggiran kota Damaskus dengan populasi Druze yang signifikan.
Menurut Badan Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah, setidaknya 101 orang tewas dalam bentrokan sekterian di Ashrafiyat Sahnaya dan selatan Sweida ini, daerah dengan mayoritas penduduk kelompok Druze.
Kementerian Dalam Negeri Suriah akhirnya mengerahkan pasukan ke wilayah itu untuk meredam bentrokan, namun petugas keamanan justru ikut diserang.
Seorang sumber di Kementerian Dalam Negeri Suriah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 16 anggota pasukan keamanan tewas dalam sebuah serangan di pos pemeriksaan keamanan Sahnaya.
Kekerasan terhadap komunitas Druze ini sampai ke telinga pemerintah Israel, yang memiliki hubungan baik dengan komunitas Druze di Negeri Zionis.
Pada Jumat (2/5), militer Israel melancarkan serangan udara ke dekat istana kepresidenan Suriah karena merasa pemerintahan transisi telah gagal melindungi minoritas Druze di negara itu.
Druze merupakan cabang dari Islam Syiah Ismailiyah yang muncul di abad ke-11.
Orang-orang yang meyakini Druze, yang disebut sebagai orang Druze, tersebar di Timur Tengah, yakni di Yordania, Lebanon, Suriah, dan Israel, khususnya di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki Tel Aviv.
Populasi Druze di Israel diperkirakan sebanyak 150.000 jiwa. Banyak orang Druze yang menjadi sekutu pemerintah Israel dengan bertugas di militer Tel Aviv.
Orang-orang Druze memiliki pandangan yang beragam. Druze di Yordania, Lebanon, dan Suriah secara terbuka mendukung perjuangan Palestina. Sementara Druze di Israel memiliki hubungan yang lebih bersahabat dengan Negeri Zionis.
Kekerasan sektarian di Suriah sendiri telah memicu kekhawatiran mengenai potensi pecahnya konflik baru di Timur Tengah, di saat agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, belum kunjung usai.
Kekerasan sektarian di Suriah memang menjadi salah satu tantangan paling serius bagi pemerintahan Presiden interim Ahmed Al Sharaa saat ini.
Sejak kelompoknya berhasil menggulingkan Presiden Bashar Al Assad pada Desember, Suriah terus dilanda kekerasan sektarian.
Dikutip Al Jazeera, pada Maret, lebih dari 1.700 warga sipil dari komunitas Alawite yang terafiliasi dengan keluarga Assad, dibantai oleh pasukan keamanan dan kelompok sekutu, demikian menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Ada kekhawatiran yang muncul di Suriah bahwa pendukung Assad akan terus berusaha menggulingkan pemerintahan Al Sharaa, yang belum mampu menjalankan kekuasaan dan memberikan keamanan di seluruh negeri.
Kecurigaan ini menjadi salah satu pemantik kekerasan terhadap kelompok minoritas seperti Alawite dan Druze.
(blq/rds)