CNN Indonesia
Minggu, 19 Okt 2025 09:51 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Partai berkuasa Jepang dan oposisi utama disebut akan membentuk koalisi yang membuka jalan Sanae Takaichi menjadi perdana menteri perempuan pertama negara tersebut.
Sanae Takaichi menjadi pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang memenangkan pemilu pada awal Oktober 2025. Namun jalannya menjadi perdana menteri terhambat karena koalisi berkuasa runtuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak saat itu, LDP berupaya membentuk aliansi yang berbeda dan mengembalikan peluang Takaichi ke jalur menuju kursi nomor satu di pemerintah Jepang.
Diberitakan AFP, media lokal Kyodo News menyebut Takaichi dan mitranya, Hirofumi Yoshimura dari Partai Inovasi Jepang (JIP) yang beroposisi, akan menandatangani perjanjian koalisi pada Senin (20/10).
Hal itu disebut oleh sejumlah sumber yang merupakan pejabat senior yang enggan menyebut identitasnya dari kedua partai tersebut.
Bukan hanya Kyodo News, surat kabar Yomiuri Shimbun juga mengatakan Takaichi dan Yoshimura "kemungkinan akan menandatangani perjanjian koalisi setelah pembicaraan pada hari Senin" yang juga mengutip sumber dari partai.
Sejumlah laporan tersebut rilis setelah mitra junior LDP, Partai Komeito, meninggalkan koalisi yang berkuasa setelah 26 tahun yang menjerumuskan Jepang ke dalam krisis politik. Oposisi yang terpecah-pecah melancarkan upaya untuk menggulingkan LDP, tetapi gagal.
AFP menyebut, aliansi antara LDP dan JIP dapat menghasilkan pemilihan Takaichi sebagai perdana menteri pada Selasa (21/10). Namun mereka masih kurang dua kursi untuk mencapai mayoritas.
Akan tetapi, bila pemungutan suara berlanjut ke putaran kedua, Takaichi hanya butuh dukungan lebih banyak anggota parlemen dibanding kandidat lainnya.
Seluruh gonjang-ganjing politik Jepang ini terjadi beberapa hari sebelum Presiden AS, Donald Trump, dijadwalkan tiba di sana sebelum KTT tahunan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan.
(afp/end)