Jakarta, CNN Indonesia --
Gelombang serangan udara Israel ke wilayah Gaza, Palestina, kembali terjadi saat masa yang seharusnya masih gencatan senjata pada pekan ini.
Dalam gelombang serangan selama pekan ini telah menewaskan setidaknya lebih dari 100 orang, di mana setengah korbannya adalah anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip dari AlJazeera, berdasarkan catatan pemerintahan lokal di Gaza setidaknya 109 orang tewas dalam serangan Israel selama 12 jam terakhir, termasuk di dalamnya ada 52 anak-anak, 23 perempuan, empat lansia, dan tujuh difabel.
Dalam pernyataannya, Kantor Media Pemerintahan Gaza menyatakan Israel melanjutkan pencitraan yang sistematis untuk menyebarkan misinformasi, pemalsuan, dan kebohongan yang bertujuan untuk memutarbalikkan kebenaran dan menutupi kejahatan yang sedang berlangsung terhadap warga sipil di Jalur Gaza.
"[Israel] menerbitkan daftar berisi 26 nama, termasuk 21 foto, yang mengklaim bahwa daftar tersebut milik orang-orang yang terbunuh selama agresi brutal baru-baru ini yang terjadi dalam 24 jam terakhir," katanya.
"Setelah pemeriksaan seksama, ditemukan bahwa daftar tersebut berisi tiga nama palsu yang bukan berasal dari Bahasa Arab dan tidak tercatat dalam catatan resmi Palestina, di samping nama-nama fiktif yang tidak ada dalam kenyataan, beberapa di antaranya sengaja tidak disertai foto," imbuh mereka.
Mereka menyatakan serangan Israel telah menargetkan pemukiman, rumah sakit, dan tempat pengungsian yang di dalamnya terdapat banyak warga sipil.
Sementara itu, mengutip dari AFP, Israel mengatakan telah menyerang sebuah gudang senjata di Beit Lahia, Gaza utara pada Rabu kemarin, beberapa jam setelah malam pengeboman paling mematikan sejak dimulainya gencatan senjata. Militer Israel (IDF) mengklaim kawasan yang secara presisi menjadi target serangan udara itu adalah tempat senjata-senjata ditimbun untuk kembali menyerang wilayah Negara Yahudi.
IDF pun memperingatkan bahwa mereka akan terus melancarkan operasi untuk mengatasi ancaman yang dirasakan.
Pasukan Israel, katanya, akan tetap dikerahkan 'sesuai dengan perjanjian gencatan senjata dan akan terus beroperasi untuk mengatasi ancaman langsung apa pun itu'
Militer Israel melancarkan gelombang serangan udara setelah salah satu tentaranya tewas di Rafah, Gaza pada Selasa kemarin. Dalam 'perburuan terbarunya', IDF menyatakan menargetkan 30 milisi senior di Gaza.
Serangan itu terjadi usai Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh Hamas menyerang pasukannya dan melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Sementara itu, Hamas menegaskan pihaknya 'tidak memiliki koneksi apapun dengan insiden penembakan di Rafah. Hamas pun menegaskan komitmen mereka untuk tetap melanjutkan gencatan senjata yang dimediasi dunia internasional sebelumnya.
Tepi Barat Palestina
Bukan hanya di Gaza, tentara Israel pun melakukan serangan di daerah pendudukan lain di Tepi Barat, Palestina.
Mengutip dari Aljazeera, pasukan Israel menyerbu kota Qabatiya dan desa Anza, selatan Jenin, di Tepi Barat yang diduduki.
Menurut sumber-sumber lokal, pasukan menyerbu kota Qabatiya dengan beberapa kendaraan militer dan mengerahkan unit-unit infanteri di jalan-jalan kota, sambil menembakkan bom suara.
Tentara juga memasuki desa Anza dan menyerbu sebuah rumah sementara kendaraan berpatroli di lingkungan sekitar.
Pasukan Israel telah mengintensifkan penggerebekan di kota-kota dan desa-desa Jenin, menahan dan menginterogasi warga Palestina.
Sementara itu, kantor berita Palestina (Wafa), melaporkan pemukim Israel menyerang kendaraan warga Palestina dan kebun pohon zaitun di Tepi Barat yang diduduki yakni di desa Deir Nidham, barat laut Ramallah, Tepi Barat.
Wafa melaporkan para pemukim Israel itu melemparkan batu ke arah kendaraan di pintu masuk desa, mengakibatkan kerusakan pada sejumlah mobil dan kaca jendela pecah.
Pada saat yang sama, para pemukim menebang ratusan pohon zaitun tua di desa Qaryut, selatan Nablus.
Menurut para petani setempat, mereka terkejut mendapati pohon zaitun mereka hancur setelah mendapatkan izin akses dua hari ke lahan mereka.
Lahan mereka terletak di dekat permukiman ilegal Israel Eli, yang dibangun di desa Qaryut, as-Sawiya, dan al-Lubban Asharqiya.
Kecaman dari PBB
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres berang melihat gelombang serangan udara terbaru Israel ke Jalur Gaza, Palestina, hingga menewaskan lebih dari seratus orang kala gencatan senjata masih berlangsung setidaknya dalam dua hari terakhir hingga Rabu (29/10) kemarin.
Lewat Stephane Dujarric selaku juru bicaranya, Guterres bahkan 'mengutuk keras' agresi militer Israel yang masih terjadi saat kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi negara-negara dunia itu berlangsung.
"Sekretaris Jenderal mengutuk keras pembunuhan warga sipil di Gaza [Selasa] kemarin akibat serangan udara Israel, termasuk banyak anak-anak [jadi korban tewas]," kata Dujarric seperti dikutip dari AFP, Kamis (30/10) dini hari WIB.
Mengutip dari Aljazeera, setidaknya ada dua korban tewas dalam serangan militer Israel ke wilayah Beit Lahiya, Gaza, pada Rabu malam kemarin. Sementara itu sejak Selasa lalu hingga Rabu kemarin, faksi Palestina di Gaza--Hamas--menyatakan setidaknya total ada 104 orang tewas karena serangan Israel, sebanyak 46 di antaranya adalah anak-anak dan 24 perempuan.
Serupa Guterres, Komisioner Tinggi HAM PBB Volker Türk juga mengeluarkan pernyataan yang mengecam gelombang serangan Israel ke Gaza pekan ini. Dia pun menyerukan kepada masyarakat internasional untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menuju masa depan yang lebih adil dan aman.
"Laporan bahwa lebih dari 100 warga Palestina tewas dalam semalam dalam gelombang serangan udara Israel-terutama terhadap bangunan tempat tinggal, tenda pengungsi internal, dan sekolah-sekolah di Jalur Gaza," demikian pernyataan Turk, dikutip dari Aljazeera.
Dia menegaskan hal itu sangat mengerikan, dan mendesak Israel untuk mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional dan bertanggung jawab atas segala pelanggaran.
"Hukum perang sangat jelas menekankan pentingnya melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil," katanya.
Turk juga menyerukan kepada semua pihak yang terlibat perang untuk bertindak dengan itikad baik dan melaksanakan gencatan senjata.
"Sangat menyedihkan bahwa pembunuhan ini terjadi tepat ketika penduduk Gaza yang telah lama menderita mulai merasa ada harapan bahwa rentetan kekerasan yang tak henti-hentinya mungkin akan berakhir," ujarnya.
Amerika Serikat, selaku mediator gencatan senjata, menyatakan bahwa gencatan senjata di Gaza tetap berlaku meskipun ada baku tembak. Wakil Presiden AS JD Vance berujar meski gencatan senjata berlaku, pertempuran kecil semacam itu bisa saja terjadi.
"Kami tahu bahwa Hamas atau pihak lain di Gaza menyerang seorang tentara IDF. Israel mungkin akan membalas, namun menurut saya gencatan senjata tetap berlaku," ucap Vance dalam pernyataan yang disiarkan Fox News.
(kid)

14 hours ago
5












































