3 Sekutu Ancam Tak Tinggal Diam Jika Israel Terus Gempur Gaza

11 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Inggris, Prancis dan Kanada mengutuk "tindakan mengerikan" Israel di Gaza, seraya memperingatkan akan melakukan tindakan bersama jika Tel Aviv terus menggempur habis-habisan Palestina.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membalas dengan mengatakan bahwa pernyataan bersama mereka merupakan "hadiah besar" bagi Hamas dalam perang Gaza.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney, mengecam pemblokiran bantuan kemanusiaan masuk Gaza oleh Israel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketiga negara menilai penolakan Israel atas bantuan kemanusiaan yang penting bagi penduduk sipil Gaza tidak dapat diterima, serta berisiko melanggar hukum humaniter internasional.

"Kami tidak akan tinggal diam sementara pemerintah Netanyahu melakukan tindakan-tindakan mengerikan ini," kata tiga pemimpin tersebut dikutip AFP, Selasa (20/5).

Para sekutu ini juga menyoroti 'bahasa menjijikan' yang dilontarkan para menteri Israel yang mengancam akan memindahkan banyak warga Palestina. Para pejabat Negeri Zionis menyebut dalam keputusasaan warga sipil atas kehancuran Gaza, mereka akan mulai pindah.

Inggris Dkk mengatakan pemindahan paksa warga sipil Gaza secara permanen merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional.

"Jika Israel tidak menghentikan serangan militer baru dan mencabut pembatasan terhadap bantuan kemanusiaan, kami akan mengambil tindakan konkret lebih lanjut sebagai tanggapan," imbuh peringatan itu.

Inggris Cs memang tidak mengatakan tindakan apa yang dapat diambil. Mereka hanya mengatakan akan berkomitmen mengakui kemerdekaan Palestina untuk mencapai kesepakatan dua negara.

"Kami berkomitmen untuk mengakui negara Palestina sebagai kontribusi untuk mencapai solusi dua negara dan siap bekerja sama dengan pihak lain untuk tujuan ini," kata Starmer Dkk.

Pernyataan tersebut bertepatan dengan tuntutan bersama 22 negara, termasuk Inggris, Prancis, dan Kanada, agar Israel segera membuka penuh akses bantuan ke Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun mencak-mencak begitu mendapat peringatan itu dari para sekutunya. Ia berdalih agresi brutal yang dilakukan adalah perang defensif demi kelangsungan hidup Israel. Dengan meminta Tel Aviv mengakhiri sebelum Hamas hancur, Netanyahu mengibaratkan reaksi Inggris Cs sebagai kado buat Hamas.

"Para pemimpin di London, Ottawa, dan Paris menawarkan hadiah besar untuk serangan genosida terhadap Israel pada 7 Oktober (2023), sambil mengundang lebih banyak kekejaman seperti itu," omel Netanyahu.

Ia lantas menyebut semua pemimpin Eropa harus mencontoh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam mendukung Israel.

"Perang dapat berakhir besok jika para sandera yang tersisa dibebaskan, Hamas meletakkan senjata, para pemimpinnya yang kejam diasingkan, dan Gaza didemiliterisasi," pungkasnya.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 3.340 orang tewas sejak Israel melanjutkan agresi gila-gilaan pada 18 Maret. Secara total, jumlah korban perang dari pihak Gaza mencapai 53.486 orang.

Israel juga memblokade bantuan masuk Gaza sejak Maret, yang artinya sudah berlangsung lebih dari dua bulan.

Namun kemarin, Israel 'menyerah' terhadap tekanan internasional dengan mengumumkan akan mengizinkan masuknya sejumlah truk pasokan masuk Gaza.

Netanyahu mengatakan akses bantuan yang terbatas dilakukan karena "gambaran kelaparan massal" di Gaza dapat merusak legitimasi perang negaranya.

(pta)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perlautan | Sumbar | Sekitar Bekasi | |