AS Tak Peduli Serangan AS ke Kartel Venezuela Disebut Kejahatan Perang

6 hours ago 4

CNN Indonesia

Minggu, 07 Sep 2025 13:50 WIB

Amerika Serikat akan terus menggempur geng narkoba Venezuela. Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance tidak memperdulikan jika orang-orang menganggap serangan yang dilakukan pemerintahan Trump terhadap kapal yang diduga milik geng Venezuela sebagai kejahatan perang. REUTERS/Evelyn Hockstein

Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance tidak memperdulikan jika banyak pihak menganggap serangan yang dilakukan pemerintahan Trump terhadap kapal yang diduga milik geng narkoba Venezuela sebagai kejahatan perang.

Pemerintahan Trump berada di bawah tekanan untuk menjelaskan serangan militer mematikan yang dilakukannya pada 2 September.

Serangan tersebut dilakukan pada sebuah kapal yang diduga membawa narkoba dan berafiliasi dengan geng Venezuela, Tren de Aragua. Serangan ini menewaskan sebanyak 11 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar hukum, mantan pejabat keamanan nasional, dan Partai Demokrat telah menyuarakan keprihatinan bahwa Presiden Donald Trump telah melampaui wewenangnya dengan melakukan serangan di perairan internasional, tanpa memberikan proses hukum kepada mereka yang berada di dalam kapal.

Vance membela serangan yang diluncurkan AS dengan menyatakan "membunuh anggota kartel yang meracuni warga negara kita adalah penggunaan tertinggi dan terbaik dari militer kita."

Brian Krassenstein, seorang penggiat media sosial, menanggapinya dengan menyatakan "membunuh warga negara lain yang merupakan warga sipil tanpa proses hukum disebut sebagai kejahatan perang."

Vance kemudian merespons dengan mengatakan dirinya tidak peduli jika langkah yang diambil pemerintahnya disebut demikian.

"Saya tidak peduli apa sebutannya," tulisnya dalam sebuah unggahan di X, Sabtu (6/9).

Dikutip dari The Independent, sikap Vance ini mendapat teguran keras dari Senator Rand Paul dari Partai Republik.

"JD 'Saya tidak peduli' Vance mengatakan bahwa membunuh orang yang menurutnya melakukan kejahatan adalah 'penggunaan tertinggi dan terbaik dari militer'. Apakah dia pernah membaca To Kill a Mockingbird?" tanya Paul.

"Apakah dia pernah membayangkan apa yang akan terjadi jika orang yang dituduh langsung dieksekusi tanpa pengadilan atau perwakilan?" lanjutnya.

Paul menambahkan pemikiran tersebut adalah "sentimen yang hina dan tidak berpikir panjang untuk mengagungkan pembunuhan seseorang tanpa pengadilan."

Lebih lanjut, Trump telah lama berjanji untuk mengejar kartel narkoba, menyalahkan mereka atas overdosis dan kematian akibat narkoba di AS. Dia secara khusus berfokus pada Tren de Aragua, sebuah organisasi transnasional yang memiliki reputasi terlibat dalam kekerasan ekstrem, perdagangan seks, dan penyelundupan narkoba.

Trump telah menetapkan Tren de Aragua sebagai "organisasi teroris asing" yang memungkinkannya untuk menjatuhkan hukuman finansial dan sanksi, tetapi tidak secara otomatis mengizinkan penggunaan kekuatan mematikan.

Meski presiden memiliki kewenangan untuk menggunakan kekuatan militer demi kepentingan nasional, tidak jelas apakah pembenaran hukum tersebut berlaku. Secara historis, anggota kartel telah diperlakukan sebagai penjahat dengan hak untuk mendapatkan proses hukum.

(lom/mik)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Perlautan | Sumbar | Sekitar Bekasi | |