CNN Indonesia
Kamis, 11 Sep 2025 14:26 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Serangan Israel ke markas Hamas Palestina di Qatar disebut-sebut membuat Doha merasa dikhianati Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sejumlah analis mengatakan kepada CNN bahwa Qatar merasa dikhianati AS karena wilayahnya tak terlindungi meskipun pemerintah Doha telah menggelontorkan miliaran dolar untuk Washington.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat bulan lalu alias pada Mei, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertandang ke Qatar dalam tur kenegaraan ke Timur Tengah. Saat itu, AS dan Qatar meneken sejumlah kesepakatan, salah satunya penjualan ratusan pesawat Boeing.
Al Jazeera melaporkan Qatar Airways sepakat membeli 210 pesawat Boeing 787 Dreamliner dan 777X yang menggunakan mesin GE Aerospace. Kesepakatan ini bernilai US$96 miliar (sekitar Rp1.581 triliun).
Qatar juga sepakat untuk mengakuisisi kemampuan "anti-drone" dari perusahaan pertahanan AS Raytheon yang bernilai US$1 miliar (sekitar Rp16,4 triliun).
Lebih lanjut, Doha juga telah menyatakan keinginan untuk membeli drone MQ-9B dari General Atomics, drone canggih dengan daya tahan dan jangkauan luar biasa, dalam kesepakatan senilai US$2 miliar (sekitar Rp33 triliun).
Momen paling disorot dari lawatan Trump ke Qatar yaitu ketika Doha memberikan pesawat Boeing 747-8 ke Trump. Trump sempat menyatakan pesawat mewah itu akan dijadikan pesawat kepresidenan AS atau Air Force One.
Menurut masyarakat AS, penerimaan hadiah semacam itu akan menimbulkan masalah hukum dan etika, serta berpotensi memicu masalah keamanan karena akan digunakan sebagai kendaraan khusus seorang Presiden. Dalam konstitusi AS, pejabat pemerintah dilarang menerima hadiah "dari Raja, Pangeran, atau negara asing mana pun."
Kegaduhan soal pesawat dari Qatar saat itu juga ikut menyeret nama Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Sang pemimpin Qatar diduga hendak 'menyuap' pemerintah AS lewat pemberian pesawat.
Bersambung ke halaman berikutnya...